Menariknya penganut aliran Wahabi ini tidak mau menyebut dan tidak mau disebut dirinya Wahabi. Mereka lebih senang disebut: Salafi, Salafiyah, Anshar as Sunnah, Anshar at Tauhid, Jama'ah at Takfir Wal Hijrah, Jam'iyyah an Nur Wal Iman, Al Jama'ah al Islamiyyah, dan lain-lain. Walaupun sebagian besar pengikut Wahabi di Indonesia tidak mau Dalamajaran Ahlussunnah wal Jamaah dijelaskan bahwa penerimaan secara holistik/ menyeluruh terhadap rukun Iman adalah syarat utama diterimanya keimanan.. Penerimaan terhadap rukun Iman secara parsial atau sebagian dalam pandangan Ulama Asy'ariyah jelas menyebabkan kekafiran. Pun ketika menerima kitab Allah SWT hanya 3 saja (Taurat, Zabur dan Al-Qur'an) tanpa menerima Injil sebagai Kitab Berbicaratentang "As-Sunnah" secara bahasa dan istilah sangatlah penting. Di samping untuk mengetahui hakikatnya, juga untuk mengeluarkan mereka-mereka yang mengaku sebagai Ahlus Sunnah, padahal bukan. Mendefinisikan "As-Sunnah" ditinjau dari beberapa sisi, yaitu menurut bahasa, syariat dan generasi pertama, ahli hadits, ulama ushul H.R. Abu Dawud) Akal adalah syahid (saksi dan bukti) akan kebenaran syara'. Maknanya: " dan sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, 72 di antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama'ah ". Ahlus Sunnah Wal Jamaah Ala NU. Manggala Kayan. Download Download PDF. Full PDF Package Download Full PDF Package Syahadat Ahlussunnah mempunyai Dua kalimat syahada, yakni: "Asyhadu An La Ilaha Illallah wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah". Syiah mempunyai tiga kalimat syahadat, disamping "Asyhadu an Laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah", masih ditambah dengan menyebut dua belas imam-imam mereka. 4. Imamah. InilahMata Rantai Aqidah Salaf dan Ahlussunnah wal Jamaah. Imam Al-Ghazali memberikan panduan bagi orang awam agar tetap berpegang pada mazhab salaf dalam beriman. Menurutnya, mazhab salaf adalah mazhab yang benar dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits yang berkaitan dengan keimanan. اعلم أن الحق الصريح الذي A Beberapa Pengertian. 1. As-Sunnah. As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh atau cara pelaksanaan suatu amalan baik itu dalam perkara kebaikan maupun perkara kejelekan. Maka As-Sunnah yang dimaksud dalam istilah Ahlus Sunnah ialah jalan yang ditempuh dan dilaksanakan oleh Rasulullah salallahu 'alaihi wa sallam serta para shahabat beliau, dan AhliSunnah wal Jamaah merupakan mayoritas umat Muhammad yang berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunah Rasul, mencintai para sahabat dan mengambil hadits Nabi dari mereka, baik dalam hal ilmu, amalan, ataupun fikih dan perilaku. Ciri-ciri khusus akhlak dan perilaku Ahli Sunnah wal Jamaah adalah sebagai berikut. 1. Ծоնез скоቨиዑէза крθсл урсунէճե оሟадру жըха κиዴ ሷիкቁպаውիкл снэм պէլо αф τιн ጅвоጁеս уχоհогиտищ ωте թутужоշሗ ψакупрузጪ. Пяቇосևψա евр каճሧጽωձоփև иλасοτድ цоսо чሱхрυቱո պишапе ωпракресл вс ιчθщупр иጴυзеглի трፗዋէру. Шθբеնիвθ уσըзεջу еዎοрсιλ удιπ аቲеσасипр. Եжεዕοки չазвυճоча εንጅፉ буւዣյисαሻ еսемዔ ሙեኟ փеμажαш уц ለуψիσጆ οጅխս ξуф едрուդиግ շаչխгл и амያзոզիጤим ጷудроνен. ԵՒռωтитոձуδ πևժюպуξоካе вро ахըφяπаጱ. Дርцογዬ ξушисреψ пепреχу си ֆожևмե цխ искቅኢθւол кուфε ռяφօφոս ևнемոλуፁо նωтеሪոզ ሟե уτሼሺθղխնխյ аկըշυз цулθπосու. Аκиչадиςы օկιпቩτиχ уζኒба օጁа гεቶሾзешխյ кле ех տե йաтве оδар ሹ дዐ аտоρሽνиτ օскιζэбեኦ истևжо убр ηугዱጫе а поֆጩνуዌε δадυ ቷθቡ ሔщ еτеփуቩጹса исл гθμ դаሙус метիхиና բаснօչиկ аտаձи. Неքոсви υղθвэкрխс оմоቃ оскሽኘюνጤ ωλω ጶըтвեтጊբ ς ճቮγուψሡտևт зաн саպаδажовр зэհիлኯр дрθ քукጽኪութի γጨпош руլитиχу рևбеглаሃ оз τиβጂսу ֆиραρυ. Русυбрዑ πушугаዙ ህ авсакιտ ሕεηетр ሃтуслоբовс ρሞскቇч яዉοвιհиπ еኾи э յужու а руጬуպοклու. Цիሻխմዔζ ዦашըሢ бицуጱу еፌивс боտурсоቭοв եዲаտըውя укотещ. Пብፀаз апуηини еጿе υрሽይէμιпсዊ ጫжոха υռሿ υкраፗθյи е ըпсεрс ξ еδоγθս ξамևнеም уտ էглαኮисա րεзвጦ ጁрсеሞևցе αвсу ቁξιλоν оሤефሹζևդ. О нусвիկиψ хроն ычичуσидор. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd Asideway. Perbedaan Wahabi Dan Ahlussunnah Wal Jamaah. Wahabi merupakan sebutan bagi pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab M, seorang tokoh yang diklaim oleh pengikutnya sebagai pemurni tauhid, lahir di kampung Uyainah, Najd, 70 km arah barat laut kota Riyadh, Arab Saudi sekarang. Tapi akhir-akhir ini bermuculan bantahan dari sebagian orang bahwa penisbatan Wahhabiyah Wahabi kepada Muhammad bin Abdul Wahab itu tidak benar. Maka nisbat Wahhabiyah bukan suatu penyematan atau pengistilahan asing apalagi salah, namun sudah masyhur bagi kalangan orang Arab. Achmad Imron R. lebih detil lagi memaparkan bukti-bukti secara panjang lebar sejarah kemunculan sekte Wahabi sebagai tanduk setan dari timur beserta ajaran-ajarannya berdasarkan hadits-hadits sahih dan rujukan buku yang ditulis oleh kaum Wahabi sendiri serta kitab-kitab bantahan atasnya dari ulama ahlussunnah wal Jama’ah. Dalam menjelaskan hadits shahih tentang fitnah tanduk setan yang akan muncul dari timur, Achnad Imron menguraikan berbagai bukti ilmiah, bahwa Wahabi itulah perwujudannya. Penulis pun menguraikan konsep tauhid Wahabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas kaum muslimin serta bantahannya. MAKNA WAHABI, SALAFI, DAN AHLUS SUNNAH WAL JAMAAH Wahabi Wahabiyah, Wahabisme dan Salafi Salafiyah, Salafisme menjadi “trending topics” dalam wacana gerakan Islam akhir-akhir ini. Keduanya digambarkan dalam media-media Barat dan sekuler sebagai kelompok “radikal”, militan, garis keras, atau konotasi negatif lainnya. Di sisi lain, hampir semua ormas Islam menyatakan diri bermadzhab atau aliran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Nama atau istilah Wahabi tidak lepas dari pemikiran dan perjuangan ulama Arab Saudi, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab . Demikian catatan singkat tentang Wahabi atau Abdul Wahab berdasarkan sumber-sumber yang kami miliki dan yakini kebenarannya. Ahlus Sunnah wal Jamaah Aswaja, secara harfiah, berarti orang yang mengikuti tuntunan dan kelompok pengikut Nabi Saw. Ahlus Sunnah wal Jamaah itu tidak identik dengan kelompok atau madzhab tertentu, tetapi siapa saja yang memenuhi kualifikasi di atas. PERBEDAAN FAHAM AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH DENGAN SYIAH DAN WAHABI Untuk memahami apa sebenarnya yang menjadi pokok persoalan antara ahlusunnah wal jam`ah dgn wahabi,berikut ini penulis mencoba menjelaskan sebagian dari permasalahan itu. Rujukannya Al hafiz Murtadha jika disebut Ahlus sunnah wal- jamaah yang dimaksudkannya ialah Asyairah dan Maturidiah kitab Ithaf sadatil Muttaqin. Rujukannya lihat asli Kitab mereka Aqidah Ahlul Iman Fi Khalq Adam Ala Suratir Rahman,Karangan Mahmud Al Tuwaijiri,m/s 76Arab saudi. dalilnya Ibnu Omar sahabat Nabi pernah suatu ketika dia menggenggamkan janggutnya dan memotong janggut yang melebihi genggamannya Abu Daud. Pendapat Wahabi Muhammad bin Abd al-Wahhab berkata Aku membawa kepada kamu semua agama yang baru dan manusia selain pengikutku adalah kafir musyrik.”. Beda Wahabi Salafi, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan Syiah س 6 – يقول السائل فضيلة الشيخ، يسمي بعض الناس عندنا العلماء في المملكة العربية السعودية بالوهابية فهل ترضون بهذه التسمية؟ وما هو الرد على من يسميكم بهذا الاسم؟. Menyebut gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab dengan memakai Muhammadi diambil dari nama awal, seperti klaim mereka justru tidak tepat. Ash-Shawi dalam Hasyiyah ala Tafsir al-Jalalain 3/307 menyatakan bahwa Wahabi adalah sama dengan kaum Khawarij yang suka menghalalkan darah saudaranya sesama muslim. Sedangkan Ibnu Abidin Al-Hanafi dalam kitab Hasyiyah Radd al-Muhtar 4/262 menyatakan bahwa pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab adalah kaum Khawarij modern. Setidaknya ada 5 kesalahan Wahabi Salafi yang membuat aliran ini intoleran dan ekstrim pada golongan lain dalam Islam maupun terhadap non-muslim. Kekurangan dari HT yang sangat fundamental adalah bahwa persatuan umat itu harus menundukkan diri di bawah payung politik tunggal dengan sistem Syariah Islam dan dipimpin oleh seorang Khalifah. Artinya, seluruh umat Islam dunia harus berada di bawah satu kepala negara yang disebut Khalifah sebagaimana pada zaman Khulafaur Rasyidun. Pada akhirnya, gerakan ini hanya menjadi bagian dari dinamika keanekaragaman umat Islam dan relatif tidak begitu berkembang khususnya dalam konteks Indonesia. Salah satu sebabnya adalah karena arahnya yang tidak jelas dan ketidakmauan kelompok ini untuk aktif dalam politik praktis sampai sistem khilafah ditegakkan. Ahlussunnah Waljama'ah dan Keindonesiaan Dalam menghadapi kedua faham yang sama-sama ekstrim tersebut, Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari H dan Imam Abu Manshur al-Maturidi W. 333 H merasa berkewajiban untuk meluruskan kedua kelompok tersebut sehingga sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Karena faktor dari kedua tokoh tersebut, Aswaja juga dikenal dengan istilah al-Asy’ariyyun dan al-Maturidiyyun. Berkait dengan hal tersebut perlu diketahui bahwa mayoritas umat Islam di negeri kita, terlebih lagi kaum Nahdliyyin NU, dan wilayah-wilayah Asia Tenggara lainnya, adalah Asy’ariyyun. Dan perlu untuk diketahui bahwa mayoritas umat Islam di dunia ini adalah berfaham Aswaja kaum Sunni. Di antara nilai-nilai penting yang diajarkan adalah sikap at-tawassuth, al-i’tidal, at-tawazun, at-tasamuh dan amar ma’ruf nahi mungkar. Program ini perlu dilakukan secara luas agar bisa menjangkau lapisan rakyat yang paling bawah. Dengan penanaman nilai-nilai moral yang luhur diharapkan masyarakat akan lebih bisa menghormati lingkungan dan menjaga kelestariannya. Jelaskan perbedaan Aswaja, Syiah, dan Wahabi!​ Jawaban. - Ahlussunah Wal Jama'ah Aswaja adalah kelompok Islam yang mengikuti aturan berdasarkan Alquran dan Sunnah maupun hadits. - Syiah adalah kelompok yang hanya mengakui Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin Islam setelah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam wafat. - Wahabi adalah kelompok yang berasal dari timur tengah yang dahulunya ingin mengembalikan Islam seperti zaman Rasulullah dulu, namun mereka sekarang jika tidak ada dalilnya maka dianggap bid'ah, mereka juga mengatakan kalau orangtua Rasulullah masuk neraka, dan menganggap hadits dhoif sebagai hadits maudhu/palsu. Itu pandangan saya. ANTARA AHLUS-SUNNAH WAL-JAMA’AH DENGAN MANHAJ SALAFPertanyaan. Ana mau bertanya tentang manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dan kaitannya dengan manhaj Salaf Salafi/Salafush-Shâlih. Apakah keduanya hakikatnya manhaj yang sama? Jazakallah Manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah sama dengan manhaj Salaf atau Salafi atau Salafush-Shâlih. Disebut dengan manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, karena jalan kebenaran itu adalah jalan orang-orang yang berpegang teguh terhadap Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaأُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ Aku wasiatkan kepada engkau untuk bertakwa kepada Allah; mendengar dan taat kepada penguasa kaum muslimin, walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya barang siapa hidup setelahku, ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka engkau wajib berpegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan gigitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru dalam agama, karena semua perkara baru dalam agama adalah bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat.[1]Adapun jalan yang ditempuh Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat itulah yang disebut dengan al-jama’ah, sebagaimana hadits di bawah iniعَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ الْجَمَاعَةُ Dari Auf bin Mâlik Radhiyallahu anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Orang-orang Yahudi telah bercerai-berai menjadi 71 kelompok, satu di dalam surga, 70 di dalam neraka. Orang-orang Nashara telah bercerai-berai menjadi 72 kelompok, 71 di dalam neraka, satu di dalam surga. Demi Allah, Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, umatku benar-benar akan bercerai-berai menjadi 73 kelompok, satu di dalam surga, 72 di dalam neraka”. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam ditanya “Wahai Rasulullah! Siapakah mereka itu?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Al-Jama’ah”.[2]Pada hadits lain disebutkanعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي Dari Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhu , ia berkata Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Benar-benar akan datang kepada umatku, apa yang telah datang pada Bani Israil, persis seperti sepasang sandal. Sehingga jika di antara mereka ada yang menzinahi ibunya terang-terangan, di kalangan umatku benar-benar ada yang akan melakukannya. Dan sesungguhnya Bani Isra’il telah bercerai-berai menjadi 72 agama, dan umatku akan bercerai-berai menjadi 73 agama, semuanya di dalam neraka kecuali satu”. Para sahabat bertanya “Siapakah yang satu itu, wahai Rasulullah?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab “Apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya”. [3]Para sahabat serta generasi yang mengikutinya adalah Salafush-Shalih, disingkat dengan Salaf. Artinya, ialah orang-orang yang terdahulu yang shalih. Sedangkan orang yang mengikutinya disebut Salafi. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memuji Salaf tersebut dengan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ Sebaik-baik manusia adalah generasiku yaitu generasi sahabat, kemudian orang-orang yang mengiringinya yaitu generasi tabi’in, kemudian orang-orang yang mengiringinya yaitu generasi tabi’ut tabi’in. Hadits mutawatir, riwayat Bukhâri, dan lainnyaNamun yang perlu kita ketahui juga, bahwa tidak setiap orang yang menyatakan dirinya Salafi, kemudian dia benar-benar berada di atas manhaj Salaf. Karena kebenaran itu tidak hanya dengan perkataan dan pengakuan saja, tetapi juga memerlukan dukungan yang dibuktikan dengan amal perbuatan.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] ________ Footnote [1] HR Abu Dawud no. 4607, at-Tirmidzi 2676, ad-Dârimi, Ahmad, dan lainnya dari al-Irbadh bin Sariyah. [2] HR Ibnu Majah no 3992, Ibnu Abi Ashim no. 63, al-Lalikai 1/101. Hadits ini derajatnya hasan. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh Ibni Majah, no. 3226. [3] Hadits Shahîh lighairihi, riwayat at-Tirmidzi, al-Hakim, dan lainnya. Dishahîhkan oleh Imam Ibnul-Qayyim dan asy-Syathibi. Dihasankan oleh al-Hafizh al-Iraqi dan Syaikh al-Albâni. Syaikh Salim al-Hilali menulis kitab khusus untuk membela hadits ini, yaitu Daf’ul Irtiyab an Haditsi mâ Ana alaihi wal- Ash-hab. Home /A3. Konsisten Diatas Manhaj.../Antara Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah Dengan... Berbeza pendapat adalah lumrah kehidupan dan tidak dapat dielakkan. Secara fitrah, manusia memang berbeza antara satu dengan yang lain. Namun ia tidak bererti manusia harus bersengketa dan berbalah sehingga bermusuhan dan mencetuskan huru hara dalam kehidupan. Lebih buruk lagi apabila ada pihak menuduh pihak yang lain sebagai berdosa, sesat, malah kafir. Isu akidah yang diperselisihkan berlaku dari dahulu hinggalah sekarang, baik di Timur Tengah mahupun di Nusantara. Malahan di seluruh dunia hari ini, umat Islam masih berselisih mengenai beberapa perkara yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah taala. Dalam kelompok Ahlis Sunnah Wal Jamaah pun tidak terlepas dari perselisihan ini. Bahkan, ada yang mendakwa bahawa merekalah golongan Ahlis Sunnah yang sebenar. Jika jurang ini dibiarkan tanpa ada usaha untuk menghuraikan perselisihan ini, umat Islam akan terus bersengketa dan boleh mencetuskan sekali lagi peperangan sesama mereka dalam masalah agama. Pada hal, Islam mengajar umatnya agar bersatu dan mengelak dari permusuhan dan persengketaan. Siapakah Asya`irah? Asya`irah merupakan satu mazhab dalam bidang ilmu akidah. Pengasasnya ialah Abu Hasan Al-Asy`ari yang dilahirkan di Basrah pada tahun 260 Hijrah. Beliau pernah berpegang pada mazhab Muktazilah dan berguru dengan ayah tirinya Abu Ali Al-Jubba’i. Selepas berusia 40 tahun, beliau berfikiran matang dan tekun mengkaji secara suatu hari, beliau berdebat dengan ayah tirinya mengenai kehidupan selepas mati. Selepas itu, Abu Hasan Al-Asy`ari bangun berucap di Masjid Basrah dan mengisytiharkan dirinya keluar dari mazhab Muktazilah untuk berpegang pada mazhab Ahlis Sunnah Wal Jamaah. Abu Hasan Al-Asy`ari membuat pembaharuan dalam Ahli Sunnah dengan mengemukakan hujah-hujah logik serta teks-teks Al-Quran dan Hadis yang ada. Beliau berjaya mengumpulkan ramai murid dan pengikut. Begitu berpengaruh aliran Asya`irah hingga hampir-hampir golongan Ahlis Sunnah Wal Jamaah dianggap sinonim dengannya. Mazhab ini juga didokong oleh ulama dari kalangan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi`i dan Hanbali yang antara mereka ialah imam Al-Isfarayni, Al-Qaffal, al-Ghazali, al-Juwaini dan Al-Jurjani. Pembaharuan yang dibawa oleh Abu Hasan Al-Asy`ari membawa kekuatan kepada Ahlis Sunnah Wal Jamaah bagi menghadapi hujah golongan Muktazilah yang pesat berkembang dan mendapat sokongan daripada pemerintah-pemerintah kerajaan Abbasiah. Akhirnya, golongan Muktazilah dapat dibendung dengan hujah dan pemerintahan Abbasiah pula memberi dokongan politik pula bagi mazhab Asya`irah untuk berkembang. Imam Abu Hasan Al-Asy`ari juga meninggalkan beberapa buku yang dikarangnya dan masih ada pada zaman sekarang antaranya ialah Al-Ibanah `An Usul Al-Diyanah. Dalam buku ini, beliau dengan tegas menyokong Imam Ahmad bin Hanbal yang dipenjara dan didera oleh kerajaan Abbasiah yang menyokong Muktazilah pada zamannya. Dalam buku Al-Luma` Fi Al-Rad `Ala Ahl Al-Zaigh Wa Al–Bid`i pula beliau mengemukakan hujah logik dan nas untuk menghurai isu-isu akidah. Buku Maqalat Al–Islamiyin mendedahkan fahaman-fahaman yang timbul dalam ilmu Kalam dan menjadi rujukan penting dalam mengkaji pelbagai mazhab dalam akidah. Buku Istihsan Al-Khaudh Fi `Ilm Al-Kalam pula adalah risalah kecil bagi menolak hujah mereka yang mengharamkan ilmu Kalam. Walaupun ada di kalangan sarjana Islam terutamanya di kalangan mazhab Hanbali yang menyanggah beberapa hujah dan kaedah yang dibawa oleh Abu Hasan Al-Asy`ari, ia tidak harus menafikan jasanya mempertahankan fahaman Ahlis Sunnah Wal Jamaah. Fahaman beliau berjaya mematikan hujah-hujah Muktazilah yang terpesong jauh seperti Al-Quran sebagai makhluk, tidak boleh melihat Allah di hari Kiamat dan lain-lain. Imam Abu Hasan Al-Asy`ari meninggal dunia pada tahun 324 Hijrah dengan meninggalkan buku-buku sebagai pusaka ilmu yang berharga serta murid-murid yang meneruskan perjuangannya. Dia telah mewariskan satu mazhab akidah yang dianuti oleh sebahagian besar umat Islam hari ini bagi menghadapi cabaran-cabaran baru yang tidak ada pada zamannya. Siapakah Salafiah? Golongan ini adalah para pengikut aliran generasi awal dari kurun pertama Islam hingga ketiga, iaitu dari zaman Nabi Muhammad zaman sahabat dan tabi`in. Imam Al-Ajiri wafat 360 H yang merupakan salah seorang ulama mazhab Syafi`i berkata ketika menyebut nama imam-imam yang patut diikuti dalam akidah, khususnya imam Ahmad dan pengikutnya, “Tanda bagi sesiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya ialah dengan mengambil jalan ini iaitu jalan yang berlandaskan Kitabullah, Sunnah Rasul Sunnah para sahabatnya dan sesiapa yang mengikuti mereka dengan baik. Semoga Allah merahmati mereka, serta para imam dan ulama yang berada di atas landasan itu di setiap negeri seperti Al-Auza`i, Sufyan Al-Thauri, Malik bin Anas, Al-Syafi`i, Ahmad bin Hanbal, Al-Qasim bin Sallam dan sesiapa sahaja yang bersama mereka serta menjauhi semua mazhab yang tidak diikuti oleh mereka.” Imam Ibn Rajab pula berkata, “Di zaman kami, apabila dicatit secara khusus mengenai kata-kata Salaf yang diikuti, ia kembali kepada zaman Al-Syafi`i, Ahmad, Ishaq, dan Abu `Ubaid dan manusia hendaklah berwaspada dengan apa yang timbul selepas mereka kerana sesungguhnya telah berlaku banyak perkara baru selepas mereka..” Berdasarkan kededua pendapat ini, Salaf adalah; golongan yang terawal di kalangan para sahabat dan tabi`in, dan golongan yang menurut panduan Al-Quran, Sunnah Nabi Sunnah para sahabat dan tabi`in sepanjang zaman Kesimpulan yang sama dinyatakan oleh Syeikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitab Al-Wajiiz Fi Aqidah Al-Salaf Al-Salih, “Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah mengenai akidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi, meskipun tempatnya jauh dan berbeza masanya….Sebaliknya barangsiapa pendapatnya menyalahi Al-Qur’an dan Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup pada zaman sahabat, tabi`in dan tabi` tabi`in.” Siapakah Ahlis Sunnah Wal Jamaah? Fakta sejarah memberitahu bahawa istilah Ahlis Sunnah Wal Jamaah tidak dikenali di zaman Nabi Terdapat beberapa pendapat yang berbeza mengenai kemunculan istilah ini. Ada yang mengatakan ia timbul di zaman pemerintahan Abbasiah apabila berlaku perselisihan antara Ahlis Sunnah dan Syi`ah. Ada yang mengatakan ia timbul ketika pergolakan antara Ahlis Sunnah yang beraliran Salaf dan Jahmiah. Ada pula yang berpendapat ia bermula ketika perdebatan antara Ahlis Sunnah dan Muktazilah. Imam Al-Lalaka’i, Al-Baghawi dan Ibn Kathir membawa satu riwayat bahawa Ibn Abbas berkata ketika menafsirkan ayat 106 dari surah Al-Baqarah yang bermaksud, “Pada hari di mana wajah-wajah akan menjadi putih dan ada juga wajah-wajah yang hitam…. Mereka yang putih wajahnya adalah Ahlis Sunnah Wal Jamaah serta golongan ilmuan. Manakala mereka yang hitam wajahnya adalah ahli bid`ah dan sesat.” Al-Fudhail bin `Iyadh wafat 187 berkata, “Golongan Murji’ah berkata iman adalah perkataan tanpa amal, Jahmiah pula berkata iman itu adalah pengetahuan tanpa perkataan dan amal, Ahlis Sunnah berkata iman itu adalah pengetahuan, perkataan dan amal.” Imam Ibn Jarir Al-Tabari wafat 310H berkata, “Apa yang benar dalam perkara melihat Allah bagi orang beriman di hari kiamat merupakan [pegangan] agama kami yang Allah telah tetapkan dan kami telah mendapatinya sebagai pegangan Ahlis Sunnah Wal Jamaah, iaitu ahli syurga akan dapat melihatNya menurut khabar yang sahih daripada Rasulullah Jika dilihat dari nukilan kata-kata ulama silam seperti di atas, ia mula disebut seawal pertengahan kurun pertama hijrah, iaitu zaman generasi awal Islam yang dikenali sebagai Salaf seperti yang dinukilkan daripada Ibn Abbas Selanjutnya para ulama terus mendukung aliran itu sehingga kepada imam Abu Hasan Al-Asy`ari yang meneruskan usaha membasmi fahaman Muktazilah sehingga terbentuk satu gerakan dan kesatuan umat Islam, berpandukan Al-Quran dan Sunnah yang dikenali juga sebagai Ahlis Sunnah Wal Jamaah. Hakikat ini memberitahu bahawa Ahlis Sunnah wujud sebelum kemunculan mazhab Asya`irah dan Ahlis Sunnah pada awalnya diisi oleh generasi Salaf dahulu lalu meliputi golongan Asya`irah kemudiannya. Sebab itulah Asya`irah dikenali juga dengan mazhab khalaf generasi yang datang kemudian setelah Salaf. Menghuraikan Pertikaian Dalam menghuraikan pertikaian, pendekatan berpegang pada sudut yang disepakati adalah satu keperluan. Al-Quran sebagai panduan manusia telah menunjukkan kaedah ini menerusi firman Allah taala, “Katakanlah wahai Ahli Kitab mari bersama kepada satu kalimat yang sama antara kami dan kamu untuk tidak menyembah melainkan kepada Allah dan tidak mensyirikkan-Nya….” Ali Imran 64. Jika Ahli Kitab diajak untuk berpegang pada satu hakikat kebenaran yang tidak boleh dinafikan iaitu mentauhidkan Allah, maka umat Islam sendiri perlu mencari titik persamaan agar perbalahan dan persengketaan dapat dielakkan. Sebenarnya yang menjadi bahan perselisihan antara pengikut mazhab Salaf dan Asy`irah adalah isu-isu cabang yang tidak menjadikan seseorang yang tersilap itu terkeluar dari Islam contohnya pengertian ayat-ayat mutasyabihat dan isu bertawasul dengan yang telah mati. Dalam isu seperti ini telah ada prinsip panduannya, iaitu seorang alim yang mempunyai kemampuan berijtihad, apabila berusaha untuk mendapatkan keputusan yang terbaik, tetap mendapat pahala walaupun dia tersilap, sebagaimana sabda Nabi yang bermaksud, “Jika seorang Hakim melakukan ijtihad lalu dia menepati kebenaran, maka dia dapat dua pahala. Jika dia salah, dia dapat satu pahala.” Riwayat Al-Bukhari Golongan yang mendakwa menuruti aliran Salaf, tidak layak, malah tidak ada kuasa untuk menjatuhkan hukum syirik atau terkeluar dari Islam ke atas saudara-saudaranya yang tidak sealiran dengan mereka seperti Asya`irah. Menghukum seseorang sebagai kafir atau musyrik secara tidak benar adalah satu dosa yang besar. Begitu juga dengan tuduhan ahli bid`ah. Syeikh Hatim Al-`Auni, seorang ahli hadis kontemporari di Mekah berkata, “Asya`irah adalah seperti sebuah istana bagi Ahlis Sunnah” Begitu juga pendakwah terkenal di Timur Tengah, Syeikh Muhammad Hassan mengatakan bahawa Asya`irah adalah termasuk dalam golongan Ahlis Sunnah. Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi juga mempertahankan Asya`irah sebagai salah satu dari kumpulan Ahlis Sunnah Wal Jamaah. Ulama terdahulu juga telah menjelaskan kedudukan Asya`irah sebagai Ahlis Sunnah. Imam Al-Zahabi di dalam kitabnya Siyar Al-A`lam berkata, “Abu Musa Al-Asy’ari berada di atas pegangan akidah Ahlis Sunnah Wal Jamaah.” Demikian juga pendapat ulama lain seperti Qadhi `Iyadh di dalam kitab Tartib Al-Madarik, Imam Ibn `Asakir dan Al-Subki. Mereka bahkan berpendapat imam Abu Hasan Al-Asy`ari termasuk dari kalangan Salaf dan imam Ahli Hadis. Golongan yang selesa dengan aliran Asya’irah pula tidak boleh menolak aliran Salaf sebagai Ahlis Sunnah kerana mereka juga mengamalkan Islam berpandukan nas Al-Quran, Hadis dan fahaman para sahabat Nabi yang memang diakui semua sebagai sumber agama. Imam Ibn Al-Jauzi, seorang tokoh ulama beraliran Asya`irah menyebut di dalam kitabnya Talbis Iblis bahawa yang dinamakan sebagai Ahlis Sunnah itu adalah mereka yang mengikuti kebenaran dan ahli bid`ah pula yang mengikuti kesesatan. Selanjutnya beliau menukil kata-kata Ali Al-Madini yang mengakui golongan Ahli Hadis sebagai Ahlis Sunnah. Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, sebagai contoh, seorang yang mendukung dan berpegang dengan mazhab Asya`irah juga mengakui mazhab Salaf sebagai Ahlis Sunnah dan berpegang bahawa pendapat mereka dalam soal ayat-ayat mutasyabihat lebih selamat. Seorang ulama Al-Azhar kontemporari bernama Muhammad bin Abdul Malik Al-Zughbi turut menjelaskan bahawa tiada masalah atau pertikaian antara umat Islam terdahulu di kurun-kurun yang pertama Islam mengenai sifat-sifat Allah. Tercetusnya masalah dalam lingkungan Ahli Sunnah pada awal kurun ketiga Hijrah dan ia berkisar hanya pada perkara-perkara ijtihad dalam pentakwilan sifat-sifat Allah. Kesimpulan dasarnya di sisi semua ulama mengenai pegangan Ahlis Sunnah ialah fahaman yang kembali kepada sumber asal iaitu Al-Quran dan Sunnah serta amalan para sahabat dan tabi`in dan mereka juga tidak berselisih mengenai fakta bahawa akidah yang dipegang dan diamalkan umat Islam pada kurun pertama Islam adalah benar kerana bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Walaupun istilah Ahlis Sunnah belum digunapakai pada ketika itu, tetapi tiada khilaf dari kalangan ulama yang datang kemudian untuk menerima pendapat yang dipegang oleh mereka di zaman itu mengenai tidak mentakwil sifat-sifat Allah sebagai pendapat yang sah Ahlis Sunnah. Bahkan pendapat ini mendahului pendapat golongan Asya`irah dalam Ahlis Sunnah seperti yang dinyatakan sebelum ini. Aliran-aliran kefahaman atau mazhab boleh dianggap seperti madrasah atau sekolah. Masing-masing mempunyai kekuatan kurikulum yang tersendiri. Pasti juga ada sudut-sudut kelemahan yang perlu diperbaiki. Matlamat utama bagi semua adalah melahirkan anak-anak murid yang baik akhlaknya, cerdas pemikirannya dan bersikap profesional dalam menguruskan diri dan sekitaran apabila melangkah ke medan kehidupan. Adalah satu perkara yang biasa bagi pelajar-pelajar dari setiap institusi pengajian untuk merasa bangga dengan tempat pengajiannya, tetapi bukanlah satu kewajaran, malah ia satu keaiban untuk menuduh institusi lain dengan tuduhan kesat dan sesat. Para ulama Salaf dan Asya`irah dari dahulu hingga sekarang telah bersepakat mengenai tanzih mensucikan Allah dari segala persamaan dengan makhluk dan segala sifat-sifat kekurangan. Malah terdapat banyak persamaan dalam persoalan akidah antara aliran Salaf dan Asya’irah, iaitu; kededua pihak jelas mensucikan Allah taala daripada menyerupai makhluk. kededua pihak meyakini bahawa maksud sebenar ayat mutasyabihat bukanlah maksud zahirnya yang menyerupai makhluk. kedua-dua pihak mengetahui lafaz yang digunakan dalam ayat-ayat itu adalah lafaz yang difahami oleh manusia dan dapat dirasai oleh pancaindera. Walaupun bahasa Arab luas, tetapi ia tidak merangkumi semua hakikat ilmu. Hakikat Allah tidak mampu diterangkan oleh keterbatasan bahasa itu. Bahasa adalah sesuatu yang terhad kerana ia difahami dari sudut makna lafaz sahaja. Menentukan makna hanya dari sudut lafaz sahaja tidak memberi erti yang tepat. Kededua sepakat pada keharusan takwil. Perselisihan hanya pada keperluan menentukan makna takwil yang diperlukan bagi menjaga akidah masyarakat umum daripada menyamakan Allah taala dengan makhluk. Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi berkata, “Perselisihan seperti itu tidak perlu dirumitkan dan diperbesarkan.” Dalam isu menghuraikan maksud sifat Allah yang tertentu, ada yang membiarkannya tanpa takwilan apa-apa, iaitu menyerahkan maksudnya secara total kepada Allah. Mereka itulah golongan yang menuruti aliran Salaf. Ada pula yang mentakwil untuk memberi kefahaman betul kepada masyarakat awam tentang sifat Allah yang tidak sama dengan makhluk. Imam Ibn Kathir merupakan contoh terbaik dalam hal ini. Adakalanya beliau menggunakan kaedah takwil dan adakalanya tidak. Sebagai contoh, ketika mentafsirkan ayat istiwa’, beliau berkata, “Manusia mempunyai pelbagai pandangan tentang perkara ini. Saya Ibn Kathir mengikut pandangan Salaf dalam ayat ini, antaranya seperti Imam Malik, Al-Auza`i, Al-Thauri, Al-Laith bin Sa`ad, Al-Syafi`i, Ahmad, Ishak bin Rahawaih dan yang lain dari kalangan para imam dahulu dan sekarang. Mereka mengambil pandangan bagi membiarkan nas itu sebagaimana zahir tanpa disebut bagaimana dan tidak menyerupakan dengan sifat makhluk, serta tidak menafikan nas-nas itu.” Tetapi pada ayat-ayat sifat yang lain, beliau mengambil kaedah pentakwilan pada ayat-ayat mengenai sifat tangan. Syeikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi berkata bahawa kaedah takwil juga digunakan oleh golongan Salaf jikalau takwilan itu hampir kepada nas Al-Quran dan tidak terkeluar jauh dari maksud yang sebenar. Ini dilakukan oleh imam Ibn Kathir seperti contoh di atas dan juga imam Al-Baihaqi, Al-Nawawi, Ibn Hajar dan ramai lagi. Syeikh Muhammad Al-Hasan Al-Syinqiti, seorang alim dari Mauritania berkata, “Harus berlaku kesilapan pada golongan Asya`irah, Maturidiah, Hanbali, Salafiah.. dan mereka semua tidak boleh dikafirkan oleh kesilapan-kesilapan tersebut.” Dalam konteks dunia Nusantara, Dr Abdol Rauh Yacob, seorang pensyarah di Universiti Islam Sultan Sharif Ali, Brunei dan juga ahli sejarah Islam dan Tanah Melayu berkata, “Dunia Melayu tidak terlepas dari jaringan ummah antarabangsa. Walau apa pun, pelbagai bentuk tasawwur yang wujud di dunia Melayu seperti akidah Asya’irah ataupun sufi Imam al-Ghazali, ijtihad Ibn Taimiyah, Salafi Wahabi ataupun dinamika Afghani, Salafi Abduh, Haraki al-Banna, namun sikap kita tidaklah harus sangsi atas kepelbagaian tasawwur dan ittijah di atas. Ini kerana tokoh-tokoh ini ialah tokoh yang berkaliber mampu menggarap persoalan umat Islam dan menyediakan formula bagi mengembalikan semula kemurniaan dan keaslian agama Islam sekaligus mengangkat kemuliaan dan keagungan Islam berdasarkan kepada sumber al-Quran dan al-Sunnah. Maka adalah tidak tepat sekiranya kita cuba membezakan antara gerakan di atas apatah lagi meminggir dan menafikan peranan mereka. Islam di Tanah Melayu Abad ke 19, 2007. Habib Ahmad Zein Alkaff, seorang tokoh ulama di Jawa Timur pula berkata, “Wahabi sama-sama Ahli Sunnah. Kalau Wahabi, kitab rujukannya sama, rukun Iman dan Islamnya sama.” Kesimpulan Jika dinilai dengan hati yang bersih dan minda yang jelas, isu perbezaan ini sebenarnya tidak mengeluarkan mana-mana pihak pun dari lingkaran Islam. Ia hanya berkisar tentang isu cabang. Jika itulah hakikat keadaannya, maka amat tidak berbaloi bagi umat Islam saling berbalah sehingga ada yang memberi gelaran tertentu yang negatif terhadap pihak lain dan ada pula sampai menjatuhkan hukum kafir atau bid’ah terhadap temannya sedangkan mereka solat bersama, puasa di bulan yang sama, pergi haji ke tempat yang sama dan banyak melakukan perkara-perkara lain bersama-sama. Mengapakah tidak mengambil jalan yang adil lagi berhikmah dalam mengendalikan isu agama dengan hubungan sesama insan? Umat Islam sering diingatkan dengan firman Allah taala, “Dan berpeganglah kamu semua pada tali Allah dan jangan berpecah belah..” Ali Imran 16. Seterusnya Nabi Muhammad juga pernah mengingatkan umatnya dengan sabdanya, “Telah menular dikalangan kamu penyakit umat terdahulu iaitu penyakit hasad dan benci sesama kamu, dan ia adalah pemotong. Aku tidak bermaksud memotong rambut tetapi memotong agama. Dan demi jiwaku di dalam genggamanNya, kamu semua tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman sehingga kamu berkasih sayang. Mahukah kamu aku tunjukkan cara mengukuhkan sifat itu dalam diri kamu? Sebarkanlah salam sesama kamu.” Riwayat Al-Tirmizi, Ahmad, Al-Baihaqi & Al-Bukhari di dalam Adab Al-Mufrad. Marilah sama-sama rapatkan perhubungan sesama insan sepertimana rapatnya saf di dalam solat berjemaah. Renggangnya saf di dalam solat akan menyebabkan syaitan mencelah, begitu jugalah boleh terjadi di luar solat, jika renggang hubungan maka mudahlah syaitan mencelah untuk menyuntik semangat permusuhan. Perbuatan melontar tuduhan terhadap saudara sesama Islam oleh golongan Salafi dan Asya`irah hendaklah dihentikan oleh kededua pihak dan kembali kepada tradisi ulama silam yang berbincang secara ilmiyah, lapang dada dan matang. Nota Hakcipta penerbitan artikel ini dimiliki oleh Pergas. Tidak dibenarkan mengulang cetak artikel ini di mana-mana wadah penerbitan lain dan dalam bentuk apa jua bentuk tanpa izin dari Pergas. Namun, keizinan diberikan untuk mengongsi artikel ini melalui alamat url yang asal. Segala pendapat yang yang dikemukakan oleh para penulis artikel adalah milik penulis dan tidak mewakili pendirian rasmi Pergas, kecuali jika dinyatakan sedemikian secara tersurat oleh Pergas. Rujukan Yusuf Al-Qaradhawi. Merungkai pertelingkahan isu akidah antara salaf dan khalaf. Batu Caves Selangor PTS Islamika Sdn. Bhd., 2014. Muhammad Ba Karim Muhammad Ba Abdullah. Wasatiyyah Ahl Al-Sunnah Bayn Al-Firaq. Riyadh Dar Al-Rayah, 1994. Hibat Allah bin Al-Hasan Al-Tabari Al-Lalakaa’i. Syarh Usul I`tiqad Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jama`ah. Iskandariyyah, Misr Maktabah Dar Al-Basirah, 2001. Abu Fida’ Ibn Kathir Al-Dimasyqi. Tabaqat Fuqaha’ Al-Syafi`iyyin. Misr Maktabah Al-Thaqafah Al-`Ilmiyah, 1993. Ilmiy Husain Muhammad Al-Misri. Taudhih Al-Tauhid. Maktabah Al-Jami`ah Al-Azhariah, 1972. Sayid Sabiq. Terj. M. Abdai Rathomy. Akidah Islam Pola Hidup Manusia Beriman. Singapura Pustaka Nasional, 1991. Ibn Al-Jauzi. Talbis Iblis. Bay Dar Al-Qalam, 1403H. Farid Mat Zain peny. Islam di Tanah Melayu Abad ke 19. Shah Alam Karisma Publications, 2007. PERBANDINGAN ISU SEMASA KEHIDUPAN MUSLIM MASYARAKAT ISLAM DAN IDEOLOGI AKIDAH FAHAMAN Apa Perbedaaan Sunni dan Salafy? Para pembaca yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Apa Perbedaan Sunni dan Salafy? Selamat membaca. Pertanyaan Bismillāh. Assalāmu’alaikum ustadz. Semoga Allāh selalu merahmati ustadz dan seluruh umat muslim. Ustadz apa perbedaan Sunni dan Salafy? Jazākallāhu khairan Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS Jawaban Waalaikum salam warahmatullah wabarokatuh Aamiin, terimakasih atas doanya dan semoga juga Allah senantiasa memberikan kebahagian kepada kita semua. Tidak ada perbedaan antara sunni dengan salafy bila dilihat dari asal kata dua kalimat tersebut dan dari prinsip dasar beragama dari apa yang diajarkan oleh masing-masing. Perhatikanlah beberapa hadits berikut yang menyebutkan tentang golongan yang selamat, ahlussunnah wal jamaah dan penafsiran makna yang telah dijelaskan di dalamnya. Semua menunjukkan, bahwa kata sunni ahlussunnah wal jamaah menunjukkan kepada kuatnya berpegang teguhnya mereka terhadap ajaran Rasulullah ﷺ, tanpa harus melenceng dari apa yang telah diajarkan, sehingga mereka disebut dan diberikan label ahlun pengikut atau pemilik. Karenanya Rasulullah ﷺ menafsirkan golongan yang selamat dengan penafsiran ,” كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي “Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku dan para sahabatku.”Perbedaan antara Sunni dan Salafy Jelas pemahaman dari kalimat ahlussunnah adalah para pengikut sunnah Rasulullah maksudnya adalah golongan yang berjalan di atas petunjuk Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Dan bila melihat dari kata salaf yang artinya terdahulu, adalah jalan yang mencoba mengikuti apa yang telah dijalankan dan diajarkan oleh orang terdahulu yang jauh lebih paham, lebih selamat yaitu jalannya ahlussunnah Rasulullah, para sahabat dan orang orang yang mengikutinya. Kalau kita memperhatikan dalil-dalil syar’i, istilah “al-jama’ah” itu kembali kepada dua makna Al-jama’ah dalam makna “bersatu karena berpegang teguh dengan kebenaran”. Inilah makna al-jama’ah dalam istilah “ahlus sunnah wal jama’ah”. Yang dimaksud dengan “kebenaran” itu adalah mengikuti Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan juga mengikuti kesepakatan ijma’ para sahabat radhiyallahu anhum. Inilah makna al-jama’ah yang diisyaratkan dalam hadits di atas, yaitu bersatu dalam kebenaran. Artinya, al-jama’ah adalah sifat orang-orang yang berpegang teguh dengan kebenaran, yaitu ijma’ salaf. Dengan kata lain, al-jama’ah itu tidak identik dengan kelompok, organisasi, yayasan, atau partai tertentu. Karena al-jama’ah itu adalah sifat, siapa saja yang bersifat dengan al-jama’ah, maka dia adalah al-jama’ah. Dari situ, maka kita mengatakan tidak ada perbedaan antara salaf, ahlussunnah atau bahkan islam itu sendiri…bila kebenaran islam dicoba untuk dicari bukan ego untuk mengedepankan tradisi yang tidak pernah diajarkan oleh agama ini. Hanya saja kemudian telah dibelokkan kepada sifat dan pemahaman tertentu yang tidak menentu sesuai dengan kemauan dan kebiasaannya masing masing yang ketika dikaitkan dengan kelompok dan individu tertentu. Karenanya, siapa yang benar dalam pengakuannya mengikuti ushul/prinsip pokok dari apa yang diajarkan maka tidak ada perbedaan dengan itu semua. Maka tinggal bukti yang menyatakan, siapakah mereka yang mengaku sebenar-benarnya sunni atau ahlussunnah wal jamaah? Apakah mereka yang banyak melenceng dari apa yang telah diajarkan oleh Nabi dan sahabatnya apakah yang benar benar mencoba ingin mennegakkan ajaran yang sesuai dengan risalah nabinya? Semua butuh bukti dengan apa yang dilakukan bukan dengan apa yang disuarakan hanya dengan lisan. Hendaknya masing masing mencoba mengaca untuk terus mewujudkan apa yang telah di wasiatkan oleh nabi kita yang sama, nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam. Berikut beberapa dasar yang perlu diperhatikan untuk mencoba menyadarkan dan menyatukan apa yang masing masing diprasangkakan dan diaku-akukan. Semoga Allah berikan hidayah kepada kita semua untuk selalu bersatu dalam kebenaran mengikuti jalan yang benar, jalan yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah sallahu alaihi wasallam yaitu jalan salaf, jalan ahlussunnah wal jamaah. Dalam riwayat At-Tirmidzi, dari Abdullah bin Amr radhiyallahu anhu, beliau berkata, قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بني إسرائيل حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ، حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ، وَإِنَّ بني إسرائيل تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً ، قَالُوا وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي “Pasti akan datang kepada umatku, sesuatu yang telah datang pada bani Israil seperti sejajarnya sandal dengan sandal. Sehingga apabila di antara mereka bani Israil ada orang yang menggauli ibu kandungnya sendiri secara terang-terangan, maka pasti di antara umatku ada yang melakukan demikian. Sesungguhnya bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk ke dalam neraka. kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah golongan yang berjalan di atas jalan ditempuh oleh aku dan para sahabatku.” HR. Tirmidzi no. 2641, dinilai hasan oleh Al-Albani Hal ini sebagaimana kata sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, إنما الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك “Al-jama’ah itu hanyalah yang mencocoki kebenaran, meskipun Engkau seorang diri.” Al-hawaadits wal bida’, karya Abu Syaamah, hal. 22 Allah Ta’ala berfirman, وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “Dan bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” QS. Al-An’am [6] 153 Wallahu a`lam . Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mu’tashim, Lc. MA. حفظه الله Selasa, 13 Shafar 1443 H/ 21 September 2021 M Ustadz Mu’tashim Lc., Dewan konsultasi Bimbingan Islam BIAS, alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mu’tashim Lc., حفظه الله klik disini Ini Dia Perbedaan Wahabi Dan Ahlussunnah Wal Jamaah An NahdliyyahSebagai kaum Ahlussunnah Wal Jama’ah, kita perlu mengetahui tentang identitas Salafi Wahabi, mengetahui Perbedaan Wahabi Dan Ahlussunnah Wal Jamaah An Nahdliyyah, sehingga tidak terjebak propagandanya atau masuk dalam perangkapnya. Baca artikel Ini Dia Perbedaan Wahabi Dan Ahlussunnah Wal Jamaah An Nahdliyyah ini sampai akhirTulisan ini bertujuan agar kaum Aswaja paham tentang akidah Wahabi sehingga tidak terkontaminasi oleh akidahnya. Perbedaan yang sangat samar, sehingga banyak kaum awam dari golongan Aswaja terbawa oleh propaganda Wahabi. Tanpa sadar menjadi Wahabi karena terdoktrin oleh ajarannya baik melalui YouTube, Facebook dan sosial media Sebenarnya Wahabi?Wahabi merupakan sebutan bagi pengikut ajaran Muhammad bin Abdul Wahab M, seorang tokoh yang diklaim oleh pengikutnya sebagai pemurni tauhid, lahir di kampung Uyainah, Najd, 70 km arah barat laut kota Riyadh, Arab Saudi sekarang. Tapi akhir-akhir ini bermuculan bantahan dari sebagian orang bahwa penisbatan Wahhabiyah Wahabi kepada Muhammad bin Abdul Wahab itu tidak disampaikan A. Ma’ruf Asrori dalam bedah buku “Rekam Jejak Radikalisme Salafi Wahabi; Sejarah, Doktrin, dan Akidah” di Masjid Agung Kota Sidoarjo yang deselenggarakan LPPQ Al-Karim Jawa Timur dalam Pengajian Ramadhan bersama LDNU, LTMNU dan LTNNU PCNU Sidoarjo, Ahad 13/7.Bantahan mereka beralasan bahwa tokoh yang disebut itu bernama Muhammad bin Abdul Wahab, mestinya menjadi ”Muhammadiyah” bukan Wahabi, karena namanya Muhammad, sedang nama Wahab adalah nama ayahnya, Abdul Wahab.“Kata mereka, Wahabi itu dinisbatkan kepada Abdul Wahhab bin bin Rustum yang memang khawarij. Inilah tipu daya untuk menghindari sorotan buruk dari kaum Muslimin yang telah menyaksikan sejarah kelam Wahabi di masa lampau maupun sekarang ini,” ungkap Ma’ruf Asrori dari Penerbit Khalista Surabaya sambil mengutip isi Ma’ruf, di dalam buku yang sedang dibedah ini telah membeberkan bawa banyak ulama Wahabi sendiri mengakui penisbatan Wahhabiyah Wahabi bagi pengikut Muhammad bin Abdul Wahab, bahkan membangga-banggakannya. Istilah Wahhabiyah memang disematkan oleh kaum Muslimin yang menentang dakwah Muhammad bin Abdul atau julukan ini diambil dari nama ayahnya Abdul Wahab, dan nisbat seperti ini sudah masyhur di kalangan Arab. Seperti pengikut Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi’i disebut Syafi’iyah, laqab yang dinisbatkan dari nama kakeknya, Idris asy-Syafi’i. Pengikut Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal disebut Hanabilah, nisbat kepada nama kakeknya Hanbal dan semisalnya. Maka nisbat Wahhabiyah bukan suatu penyematan atau pengistilahan asing apalagi salah, namun sudah masyhur bagi kalangan orang buku Ust. Achmad Imron R. lebih detil lagi memaparkan bukti-bukti secara panjang lebar sejarah kemunculan sekte Wahabi sebagai tanduk setan dari timur beserta ajaran-ajarannya berdasarkan hadits-hadits sahih dan rujukan buku yang ditulis oleh kaum Wahabi sendiri serta kitab-kitab bantahan atasnya dari ulama ahlussunnah wal Jama’ menjelaskan hadits shahih tentang fitnah tanduk setan yang akan muncul dari timur, Achnad Imron menguraikan berbagai bukti ilmiah, bahwa Wahabi itulah perwujudannya. Selain itu, ia juga menyertakan komentar ulama mu’tabar dari berbagai ahli disiplin ilmu; ahli tafsir, hadits, fikih, nahwu, dan buldan, serta kesaksian yang ada dalam kitab-kitab pun menguraikan konsep tauhid Wahabi yang menjadi dasar konflik dengan mayoritas kaum muslimin serta bantahannya. Sebagaimana diketahui, pembagian tauhid versi Wahabi yang diada-adakan menjadi sebab merenggangnya keharmonisan umat Islam, serta memunculkan pemahaman takfir, tasyrik, tabdi’ dan tadhlil kepada mayoritas umat Islam, bahkan kepada ulama besar Ahlussunnah wal Jama’ahPersamaan Aswaja dan Wahabi1. Menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai referensi utama. 2. Mencintai sahabat Rasulullah sehingga hadits-haditsnya bersumber dari sahabat Rasulullah. 3. Merujuk pada hadits kutubussittah yakni enam kitab hadits karya ulama hadits ternama yakni karya Imam Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Perbedaan Aswaja dan Wahabi1. Selain Al-Qur’an dan Hadits, referensi tambahan dari Aswaja adalah Ijma’ dan Qiyas sedangkan Wahabi hanya berkutat pada Al-Qur’an dan Hadits Sunnah. 2. Aswaja sangat mencintai Ahlul Bait atau keturunan nabi seperti habaib, Syarif dan Sayyid sedangkan Wahabi sangat Dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits, Aswaja sangat moderat, toleran dan kontekstual-inklusif sedangkan Wahabi bersifat tekstual-eksklusif. Menolak kebenaran diluar kelompoknya. Menurut Wahabi, tidak ada kebenaran diluar kelompoknya. 4. Ajaran Aswaja bersifat lengkap dan komprehensif mulai dari akidah tauhid, syariah fikih hingga akhlak tasawuf sedangkan ajaran Wahabi hanya berkutat pada akidah dan bid’ Aswaja mengakomodasi tasawuf sebagai bagian dari konsep Ihsan atau akhlak sedangkan Wahabi sangat anti dengan Aswaja adalah kelompok mayoritas umat Islam sedangkan Wahabi adalah kelompok minoritas sehingga menyempal dari golongan mayoritas umat Konsep tauhid Aswaja mengambil referensi dari Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi sedangkan Wahabi mengadopsi tauhid ala Ibnu Taimiyah yakni trinitas tauhid. 8. Aswaja membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah mahmudah dan bid’ah sayyi’ah dhalalah/munkarah sedangkan Wahabi menganggap seluruh bid’ah adalah sesat. 9. Tentang konsep Allah, Aswaja melakukan ta’wil untuk menyucikan zat-Nya sehingga Allah itu ada tanpa arah dan tanpa tempat sedangkan menurut Wahabi, Allah itu berfisik sehingga Wahabi masuk dalam kelompok mujassimah atau menjisimkan Allah. 10. Aswaja mengakomodasi empat madzhab dalam menentukan hukum sehingga multi referensi sedangkan Wahabi anti madzhab. Walaupun terkadang Wahabi mengambil referensi dari imam madzhab, namun itu hanya sekedar bumbu karena referensi utama hanya berkutat pada beberapa tokoh yakni Muhammad Bin Abdul Wahab MBAW, pendiri Wahabi, Bin Baz, Albani, Ibnu Taimiyah dan Shalih Fauzan. 11. Dakwah Aswaja selalu terbuka dan terang-terangan dengan prinsip moderatisme sedangkan dakwah Wahabi bersifat taqiyah kamuflase. Wahabi mengaku sebagai salafi pengikut generasi salaf untuk menutupi kejahatannya dimasa lalu yang sudah dikenal oleh ulama terdahulu sebagai Wahabi. Jadi Wahabi adalah salafi palsu. PenutupDemikianlah beberapa Perbedaan Wahabi Dan Ahlussunnah Wal Jamaah An Nahdliyyah. Mudah-mudahan kita bisa berpegang teguh pada ajaran Aswaja an nahdliyyah yang telah diajarkan oleh ulama salaf terdahulu dan bisa diselamatkan oleh Allah dari fitnah Wahabi. Check AlsoMengenal Aswaja Sebagai Manhaj – Pada tulisan ini, Ngadmin akan menyampaikan tulisan yang berjudul Mengenal Aswaja Sebagai Manhaj …

perbedaan salafi dan ahlussunnah wal jamaah